Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan
sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai
selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif
atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut
dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau
kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al, 1991).
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa
yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari
eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari
kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi
dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang
dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak
bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari
titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Pelaksanaan KLT
1.
Fase
Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan
penjerap berukuran kecil dengan diameter
partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam
hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang
utama pada KLT adalah adsorpsi dan
partisi (Gandjar &
Rohman, 2007).
2.
Fase
Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi
lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar.
Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi
campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga
pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam
memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1.
Fase
gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik
yang sensitif.
2.
Daya
elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3.
Untuk
pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan
migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang
bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti
metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan (Gandjar &
Rohman, 2007).
Tabel 2.1. Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari
Bahan Alam (Gibbons, 2006)
Eluen
|
Fase
Diam
|
Keterangan
|
Heksan
: Etil asetat
|
Silika
Gel
|
Sistem
umum yang digunakan
|
Petrol
: Dietileter
|
Silika
Gel
|
Sistem
umum yang digunakan untuk senyawa nonpolar seperti terpen dan asam lemak
|
Petrol
: Kloroform
|
Silika
Gel
|
Berguna
untuk pemisahan derivat asam sinamat dan kumarin
|
Toluen
: Etil asetat : Asam asetat (TEA)
|
Silika
Gel
|
Komposisi
80:18:2 v/v atau 60:38:2 v/v baik untuk pemisahan metabolit asam
|
Kloroform
: Aseton
|
Silika
Gel
|
Sistem
umum untuk produk dengan polaritas sedang
|
n-Butanol
: Asam Asetat : Air
|
Silika
Gel
|
Sistem
polar untuk flavonoid dan glikosida
|
Metanol
: Air
|
C18
|
Dimulai
dengan metanol 100% dilanjutkan dengan penambahan konsentrasi air
|
Asetonitril
: Air
|
C18
|
Sistem
umum Reverse phase
|
Metanol
: Air
|
Selulosa
|
Memisahkan senyawa dengan kepolaran tinggi
seperti gula dan glikosida
|
3.
Penotolan
Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang
ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar
dari 2-10 μl, maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan
pengeringan antar totolan (Gandjar & Rohman, 2007).
4.
Pengembangan
Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya
adalah mengembangkan sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah
dijenuhi dengan uap fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah
ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi
fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel.
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat
mungkin volume fase gerak sedikit mungkin, akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian
lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya
bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung dari
kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh (Gandjar &
Rohman, 2007).
5.
Deteksi
Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan
fisika. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan
suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara
fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan cara
pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar
ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak
akan terlihat jelas (Gandjar & Rohman, 2007).
Deteksi
senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah sinar UV 254 nm,
indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan pada UV 366 nm akan
memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap cahaya pada 254 atau 366 nm akan
tampak sebagai bercak gelap pada plat yang bercahaya (Gibbons, 2006). Metode
deteksi lain adalah dengan menggunakan pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang
umum digunakan dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk
KLT (Gibbons, 2006)
Pereaksi semprot
|
Komposisi
|
Perlakuan
|
Keterangan
|
Vanilin asam sulfat
|
1 gram vanilin dalam asam sulfat pekat
|
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
|
Pereaksi umum yang digunakan. Terpen akan
menghasilkan warna merah atau biru
|
Asam fosfomolibdat
|
Asam fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol
|
Disemprot dan dipanaskan hingga muncul warna
|
Untuk mendeteksi terpen dengan bercak biru
berlatar kuning
|
Reagen Dragendorff
|
10 mL larutan KI 40% ditambahkan dengan 10 mL
larutan 0,85 gram bismuth subnitrat dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air.
Larutan tersebut diencerkan dalam 10 mL asam asetat dan 50 mL air
|
Jika reaksi tidak spontan maka diperlukan
pemanasan
|
Deteksi alkaloid menghasilkan warna oranye
pekat hingga merah
|
maaf ini dapusnya benar gandjar dan rohman ya? karena saya juga ingin mengutip dari situ
BalasHapusterimakasih sebelumnya